Kamis, 17 November 2011

Mencari Jodoh (Alm. KH Zainuddin MZ)


Assalamu’alaikum Wr. Wb
                Saudara-saudara kaum muslimin terutama adek-adek para remaja dan pemuda yang saya cintai. Apabila seseoranag akan membangun rumah, tentu saja dia akan mengadakan beberapa pilihan. Sejak dari memilih lokasi di mana rumah itu akan didirikan, sampai kepada menentukan bahan-bahan kualitas yang akan dipakainya, sampai kemudian kepada wujud dan bentuk rumah yang akan ditinggalinya. Demikianlah bahwa untuk membangun sebuah rumah, yang hanya untuk menaungi kehidupan di dunia ini kita mengadakan berbagai macam pilihan. Apalagi kalu kita akan membangun sebuah rumah tangga yang kita harapkan tidak hanya menaungi kehidupan di dunia ini, tidak hanya untuk kepentingan kita saja, tetapi juga untuk kepentingan anak cucu kita di belakang hari termasuk sampai kepada hari akhirat nanti. Oleh karena itu  pada pertemuan kali ini saya hanya ingin khusus berbicara kepada adek-adek remaja dan para pemuda bagaimana sebaiknya memilih jodoh menurut ajaran agama Islam. Dalam Al-Qur’an Allah SWT menjelaskan yang artinya “Bahwa manusia apapun jenisnya asal dia bernama manusia dihiasi dengan perasaan cinta kepada perempuan”, jadi sejak dahulunya secara fitrah laki-laki seneng kepada perempuan sebagaimana perempuanpun seneng kepada laki-laki. Dihiasi rasa cinta ini dalam kehidupan manusia. Dan oleh karena adanya rasa cinta berkembanglah segala macam persoalan. Sehingga seorang ahli cinta pernah berkata, cinta adalah 5 huruf yang membuat persoalan tidak akan pernah selesai, 5 huruf yang membuat persoalan tidak akan pernah selesai-selesai. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari sering kita saksikan bahwa cinta ini bisa mendorong memberikan motivasi yang baik dan cinta inipun bisa juga memberikan dorongan yang tidak baik, oleh karenanya apabila cinta itu ibarat setetes embun yang jatuh di bumi yang subur akan tumbuhlah di atasnya aneka ragam bunga-bunga-an yang harum semerbak indah mewangi, sedap dipandang orang menebarkan rasa aman, damai, sentosa dan begitu selanjutnya, tapi jika cinta itu jatuh di hati yang gersang dan tandus tidak ada  yang akan dapat tumbuh di sana selain sirih memanjat batu, kuning daunnya, lemah gagangnya. Maka cinta yang semacam itu tidak akan memberikan dorongan positif kepada seseorang di dalam kehidupannya. Maka lebih dahulu kita akan membicarakan cinta dalam artian yang positif ini untuk nanti sampai kepada perempuan yang bagaimana yang harus kita cintai  atau laki-laki yang bagaimana yang harus  dicintai oleh seorang perempuan.
Saudara hadirin yang saya hormati cinta dalam artian yang positif, pertama dia selalu mendatangkan  keindahan, yang kedua cinta itu memberikan energi atau semangat untuk berjuang dan yang ketiga cinta itu selalu membawa resiko dalam bentuk pengorbanan. Maka cinta yang positif pertama  melahirkan keindahan, di sinilah orang memerlukan filter atau saringan sebab keindahan yang di dasarkan karena cinta itu merupakan suatu keindahan yang relative saja.  Boleh jadi karena indah orang jadi cinta, boleh juga jadi karena cinta segala sesuatu terasa  jadi indah. Namun bagaimanapun juga kalau hati sudah diliputi oleh rasa cinta segalanya akan terasa menjadi indah, cinta itu adalah keindahan. Yang kedua cinta itu energi melahirkan dorongan dan semangat, yang lemah bisa menjadi kuat, yang takut bisa menjadi berani, yang jauh jadi terasa dekat, itu semua karena dorongan cinta. Dan dari energi ini lahirlah yang ketiga bahwa cinta adalah pengorbanan, sehingga orang berkata berani bercinta artinya harus berani berkorban, takut berkorban jangan bercinta. Kalau cinta ini kita salurkan kepada nilai-nilai agama umpamanya yang pertama cinta mendatangkan keindahan kita cinta kepada agama maka apapun yang diperintahkan oleh agama akan terasa menjadi indah. Solat akan terasa menjadi indah, puasa terasa menjadi indah, zakat terasa menjadi indah, jihadpun akan terasa menjadi indah, persis kalau kita cinta kepada seorang gadis. Jika kita cinta kepada seorang gadis, apanya saja akan keliatan menjadi indah, jalannya terasa indah, lenggak-lenggoknya terasa indah, suaranya merdu padahal cemprengnya bukan main. Seluruhnya akan mendatangkan keindahan karena dasarnya sudah cinta. Cinta  membawa kepada keindahan. Yang kedua, cinta itu melahirkan energi orang yang cinta kepada agama akan lahir tenaga dan semangatnya melaksanakan ibadah, melaksanakan puasa, melaksanakan zakat, melaksanakan solat, melaksanakan haji bahkan melaksanakan jihad sekalipun. Cinta selamanya menimbulkan energi dan semangat. Sama saja dengan kita apabila jatuh cinta kepada seorang gadis, walaupun rumahnya jauh katanya, gunungpun akan kudaki lautan kusebrangi. Untuk apa itu? Untuk menemui apa yang kita cintai. Cinta selamanya melahirkan energi, cape tidak terasa, lelah tidak terasa, semuanya tertutup oleh keindahan yang bernama cinta. Lalu yang ketiga cinta membawa pengorbanan, apabila kita cinta kepada agama maka pengorbanan terhadap apapun yang diminta oleh agama, baik itu pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan pengorbanan nyawa sekalipun kita tidak akan berat melaksanakannya karena cinta kita kepada agama yang kita anut ini. Demikian juga cinta kita kepada seorang perempuan, akan membuat kita rela berkorban, apapun yang dia minta, jangankan kita mampu, kita tidak mampu sekalipun kita pasti berusaha untuk mampu guna memenuhi tuntutan si buah hati belahan jantung. Kadang-kadang malam minggu si do’i ngajak nonton, umpamanya. Duit tidak ada, gajian belum,  kerja enggak. Timbullah inisiatif entah sepatu kita jual ke tukang loak, entah celana mampir dulu ke tempat lain, yang penting kita berkorban untuk memenuhi permintaan si buah hati belahan jantung. Ketika itu pengorbanan sudah tidak kita rasakan lagi. Bahkan pengorbanan yang paling pedih sekalipun, dalam gurau dalam bercanda misalnya dicubit kita oleh kekasih kita, pedih bukan main, terkelupas kulit, mengalir darah, bukan nangis, nyengir. Malah kadang-kadang minta ditambah dicubit lagi. Itulah romantikanya cinta sanggup membuat orang berkorban, melahirkan energi dan semangat menambah keindahan dalam kehidupan sepanjang dia dalam artian yang positif.
Kalau demikian masalahnya di dunia yang penuh dengan perbenturan nilai sekarang ini orang sering salah jalan bagaimana memilih jodoh untuk membangun rumah tangga yang bahagia. Jangan lupa bahwa membangun rumah tangga ini bukan hanya untuk satu-dua bulan, bukan hanya untuk satu-dua taun, bahkan bukan cuma untuk kehidupan dunia lebih daripada itupun untuk menunjang kebahagiaan di akhirat. Oleh karenanya memilih jodoh bukan suatu hal yang mudah, bukan suatu hal yang bisa dilaksanakan sambil lalu, tetapi memerlukan penelitian, memerlukan pengamatan yang mendalam. Apa petunjuk agama tentang itu dengan kata lain bagaimana seharusnya seseorang memilih jodoh dalam kehidupannya. Ini tentu saja sumbangan moril buat adek-adek remaja dan para pemuda yang lagi kebingungan memilih jodoh atau barangkali buat bapa-bapa yang kepengen nambah lagi. Mohon ma’af kepada ibu-ibu saya tidak menganjurkan cuma ngajarin.
Yang pertama, menurut Nabi nikahilah perempuan itu karena rupanya, karena hartanya, karena keturunannya dan karena agamanya. Ada 4 motif utama  di sini, pertama memilih jodoh liatlah rupanya, lagian siapa yang kepengen dapet jodoh rupanya gak karu-karu-an. Cari rupa yang cantik, indah dan menawan namun jangan lupa saya katakana di zaman di mana sering terjadi perbenturan nilai seperti sekarang ini orang sulit untuk mendapat keaslian. Di mana teknologi sudah sedemikian canggih, di mana ilmu kedokteran sudah sedemikian maju. Maka berbagai macam rupa dapat dibentuk dengan apa yang dinamakan operasi plastik. Oleh karena itu kalau pilihan hanya tertuju kepada rupa yang cantik saja semata-mata kita sudah melakukan suatu kesalahan yang sangat besar. Sebab apa diperingatkan oleh Nabi melalui hadits Ibnu Majah, Bazar dan Baihaki dari Ibnu Umar, “Janganlah kamu kawini seorang perempuan karena kecantikannya, sebab kecantikan boleh jadi akan mencelakakan, jangan juga kamu kawini perempuan karena hartanya sebab kekayaan biasanya akan mendatangkan kesombongan, tetapi kawinilah karena agama dan akhlaknya karena itulah yang akan membawa kepada kebahagiaan”

Selasa, 08 November 2011

Pidato Untuk Malaysia dari SangProklamator



Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!

Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu.

Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.

Serukan serukan ke seluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.

Yoo... ayoo... kita... Ganjang...
Ganjang... Malaysia...
Ganjang... Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!


Menyikapi pidato Bung Karno, Malaysia pun murka. Mereka mendemo Kedubes RI di Kualalumpur dan merobek-robek foto Soekarno. Bahkan, demonstran juga sempat membawa lambang burung garuda kepada Tunku Abdul Rahman dan meminta agar dia menginjaknya.

Namun, polemik tersebut mereda setelah posisi Soekarno digantikan Soeharto. Pada 28 Mei 1966, Indonesia dan Malaysia pun sepakat untuk berdamai, dan penandatanganan perdamaian dilakukan pada 11 Agustus.

Jumat, 04 November 2011

CERAMAH MENGINGAT MATI

 Hidup hanyalah tempat persinggahan sementara. Adapun kematian,sesungguhnya merupakan awal kehidupan manusia yang kekal danabadi. Nabi Saw bersabda:
“Aku dan dunia bagaikan seseorang yang tengah mengadakanperjalanan di suatu hari yang panas, lalu berteduh sejenak di bawahrindangnya sebuah pohon, lantas pergi meninggalkan pohon itu untukmelanjutkan kembali perjalanan panjang”. (HR. Ibnu Mâjah danAhmad).Allahpun berfirman:
“Kehidupan di dunia ini bagaikan permainan dan senda gurau belaka.Sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yangbertakwa. Apakah kamu tidak berpikir?” (QS. Al-Anâm [6]: 32)Begitu jelas makna hadis dan ayat tadi. Logikanya, kalau kehidupan inibukanlah tujuan akhir, melainkan hanya persinggahan sementarauntuk sebuah perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, makabekal apakah yang seharusnya kita siapkan untuk sebuah perjalananyamg maha panjang tersebut? Di antara hal yang dapat memotivasidiri kita untuk mempersiapkan bekal tersebut dengan sebaik-baiknyaadalah memperbanyak mengingat mati.Nabi MUHAMMAD Saw bersabda:"Perbanyakkanlah mengingati mati, niscaya kalian akan dapatmenyepelekan kelezatan dunia”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Kalaulah kita bersedia untuk selalu mengejar harta, pangkat dan jabatan yang hanya sementara, bahkan belum tentu semua itu dapatkita rasakan, mengapa kita tidak bersedia untuk mempersiapkan dirikita kepada hal yang sudah pasti akan kita rasakan. BukankahSakaratulmaut adalah sebuah ungkapan untuk menggambarkan rasasakit yang menyerang inti jiwa manusia dan menjalar ke seluruhbagian tubuh, sehingga tak satu pun bagian badan yang terbebas darirasa sakit itu. Malapetaka paling dahsyat di kehidupan paripurnamanusia ini, memberi rasa sakit yang berbeda-beda pada setiaporang, tergantung amal dan ibadahnya.Untuk menggambarkan rasa itu, pernah Rasulullah S.A.W berkata: “Kematian yang paling mudah adalah serupa dengan sebatang duriyang menancap di selembar kain sutera. Lantas Nabi bertanya, apakahduri itu dapat terambil begitu saja tanpa membawa bagian sutera yangkoyak?” Pada kesempatan lain Nabi Saw bersabda: “Sakitnya sama dengantiga ratus tusukan pedang.” Diriwayatkan, ketika ruh Nabi Ibrahim as akan dicabut, Allah SWTbertanya kepada Ibrahim: “Bagaimana engkau merasakan kematianwahai khalilullah (khalilullah berarti sahabat Allah)?“ Beliau menjawab, “Seperti sebuah pengait yang dimasukkan ke dalam gumpalan bulubasah yang kemudian ditarik.”“Yang seperti itulah, sudah Kamiringankan atas dirimu,” kata Allah Swt.Umar bin Abdul Aziz rahimahullah suatu hari menasehati para
sahabatnya, beliau berkata: Jika kalian melewati kuburan, lihatlah...betapa sempitnya rumah-rumah mereka sekarang.-Tanyakan kepada orang-orang kaya mereka, masih tersisakah hartamereka?-Tanyakan pula kepada orang-orang miskin di antara mereka, masihtersisakah kemiskinan mereka?-Tanyakan tentang lisan yang dengannya mereka berbicara, sepasangmata yang dengannya mereka melihat indahnya pemandangan?.-Tanyakan pula tentang kulit-kulit nan lembut dan wajah-wajah cantik jelita, tubuh-tubuh yang halus-mulus, apa yang diperbuat oleh ulat-ulat di balik kain kafan mereka? Lisan-lisan itu telah hancur, wajah-wajah cantik jelita itu telah dimakan ulat, anggota badan mereka telahterpisah-pisah berserakan.-Lalu di mana pelayan-pelayan mereka yang setia?-Di mana tumpukan harta dan sederetan pangkat mereka?-Di mana rumah-rumah gedong mereka yang banyak dan menjulangtinggi?-Di mana kebun-kebun mereka yang rindang dan subur?-Di mana pakaian-pakaian mereka yang indah dan mahal?-Di mana kendaraan-kendaraan mewah kesukaan mereka?-Bukankah mereka kini berada di tempat yang sangat sunyi?-Bukankah siang dan malam bagi mereka sama saja?-Bukankah mereka berada dalam kegelapan?-Mereka telah terputus dengan amal mereka. Mereka telah berpisahdengan orang-orang yang sangat mereka cintai, dengan harta yangmereka puja-puja, dengan gaya hidup yang mereka banggakan.Orang-orang yang mereka cintai tidak mau ikut bersamanya, hartayang mereka tinggalkan malah akan menjadi beban jika digunakanbukan di jalan yang Allah ridhai. Ketika itu, yang masih bermanfaat hanyalah tiga: shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anaknyayang shaleh yang mendo’akan dirinya.” Demikianlah nasehat dariUmar bin Abdul Aziz.Sebab Siksa KuburMa’aasyiral muslimin rahimakumullah....Disebutkan oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziah rahimahullah ta’ala,bahwa siksa kubur itu ditimpakan karena berbagai macam dosa danmaksiat, di antaranya adalah:1. Adu domba dan menggunjing.2. Tidak bersuci (cebok) setelah buang air kecil.3. Shalat dalam keadaan tidak suci (kotor).4. Berdusta.5. Lalai dan malas dalam mengerjakan shalat.6. Tidak mengeluarkan zakat.7. Berzina.8. Mencuri.9. Berkhianat.10. Menfitnah sesama umat Islam.11. Makan riba.12. Tidak menolong orang yang dizhalimi.13. Minum khamar (kalau jaman sekarang seperti: minum sempain,ngeplay, ngegele, sabu-sabu, ekstasy dan sejenisnya).14. Memanjangkan kain hingga di bawah mata kaki (menyombongkandiri).15. Membunuh.16. Mencaci sahabat Nabi.17. Mati dalam keadaan membawa bid'ah.
           Kemudian Ibnu Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa ketaatanyang bisa menyelamatkan kita dari siksa kubur, di antaranya adalah:Yang pertama, Rajin beribadah dan taat kepada Allah Swt denganikhlas.2. Mati syahid di jalan-Nya.3. Membaca surat Al-Mulk.4. Meninggal karena sakit, dan terakhir:5. Meninggal dunia pada hari Jum'at.Husnulkhotimah, adalah sebuah karunia Allah SWT yang khususdiberikan kepada manusia istimewa. Tidak ada ceritanya dalam hidupini istilah “muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga”.Husnul khotimah itu seperti hadiah untuk manusia, atas upayamanusia yang sungguh-sungguh di dalam menjalankan tugas hidup didunia ini. “Seperti mahasiswa yang belajar mati-matian, lalu lulusdengan predikat summa cum laude.” Jadi kita jangan pernah berpikir bagaimana supaya kita bisamendapatkan Husnulkhotimah terlebih dulu, tanpa amal nyata. “Kata-kata mati, harusnya mampu kita hadirkan dalam hati kita setiap hari,” Sabda Rasulullah yang menyatakan, bahwa dengan sering-seringmengingat mati menjadikan seseorang menjadi makhluk yangproduktif, cermat, dan selektif, adalah benar adanya. Ini karena setiappekerjaan yang dilakukannya dianggap sebagai pekerjaan terakhirnya.Karena maut bisa datang kapan dan di mana saja.



Kumpulan Pidato Ir Soekarno

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)

“Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)

“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno)

“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno)

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno)

“……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno)

“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno)

“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno)

“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno)

“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)

“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)

“Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno)
“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno)